15 Januari 2014

Mandi Angin mennn #PART1

Unexpected Journey Mandi Angin

Mandi Angin...ya ya ya, dari namanya aja udah aneh gitu, biasanya kalau mandi itu yooo pakai air toh, tapi itu lah Mandi Angin dengan nama yang super duper yang akan membuat orang-orang masuk angin mempunyai keunikan dan daya tarik sendiri untuk dinikmati, digauli, dicintai dan pastinya di jaga dong.

Mandi Angin Merupakan salah satu objek wisata Taman Hutan Raya Sultan Adam (Tahura) yang terletak di Kab. Banjar Kalsel. Di Mandi Angin ini kita dapat menikmati alam yang bernuansa pegunungan, Air terjun yang super bersih dan jernih (kalau musim hujan aja infonya), taman penangkaran rusa, Argowisata, dan sejarah benteng belanda.

Ide untuk menyambangi kembali Mandi Angin terbesit begitu saja di kepala, tiba-tiba pas sarapan pagi bersama kawan seperjuangan Raden Rahardito (keturunan keraton cooy...) ibung nyeletuk “Dito, main-main ke Mandi Angin yok”  dan Dito pun tanpa mikir menjawab “hayukkk ja” dengan logat Banjarnya padahal beliau orang Bandung. Sebelumnya, Ibung sudah pernah sekali kesini, waktu itu ikuuut Gowes salah satu komunitas pecinta sepeda gunung, tapi cuma sekedar lewat saja ( kalau gk percaya, tak lihatin fotonya ntaar deh).


Dan akhirnya, dengan mengucap “Bismillahirrahmannirrahim” perjalaanan ke Mandi Angin pun dimulai dengan diiringi awan mendung....”Mandi Angin mennnn” teriakan dito saking senengnyaaa mungkin. Kami berangkat dari Banjarbaru (kebetulan ngekos dekat Lapangan Murjani, tauu ?? klu gk tau search aja di google..hehe *kayak penting aja.-_-) menunggangi kuda bermesin dengan bermodalkan cinta, sedikit pengalaman dan sebotol kecil aq*a. Kira-kira 30 menitan melaju ke arah Riamkanan (salah satu objek wisata juga, next trip insyaAllah) kami sampai di gerbang pertama dan kira-kira 5 menitan dari sini kami sampai di gerbang kedua. Di gerbang kedua ini kita harus membayar biaya retribusi sebesar Rp 5.000 (gk mahal kan ?) untuk sumbangan perawatan bagi kelestarian Tahura ini.
Gerbang pertama  dengan super model Raden Rahardito
memasuki kawasan Tahura Mandi Angin,
jalan ke kiri terus menuju Riamkanan. 
Gerbang Kedua. Loncat kegirangan dulu...hehe
Pos Retribusi yang dijaga om om cantik...haha
Di sekitran Pos pembayaran retribusi terdapat Camping ground dibawah rindangnya pepohonan karet (Havea brasiliensis). kami langsung menuju arah ke atas bukit, disini jalan sudah beraspal jadi untuk sampai ke atas dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan (roda 2 & 4 aja). Dalam perjalanan kami pun disuguhi pemandangan hijau yang super keren “pecahhh mennn” teriakan dito dan aku balas “subhanallahhh sekali ya” (biar keliatan religius..haha).
Dito dengan senyum menggodanya di area camping ground
Fly with me !!!...hehehe
Foto lawas, sewaktu Gowes dan pertama kali singgah ke sini
Tak jauh menanjak dengan sedikit memelintir putaran gas, sampailah kami di kawasan kolam pemandian dan disinilah biasanya tujuan utama para wisatawan. Di sini juga terdapat warung-warung tenda dan pos pemungutan biaya parkir sebesar Rp 3000 (boleh parkir dimana saja kata om om parkirnya, yaa asal jangan di jurang dan di kolam). Kolam pemandian memang salah satu tujuan kami, tapi tujuan utama adalah menginjakkan kaki di puncak tertinggi (gayanyeeee...hehe).
Kolam pemandian Mandi Angin, menjadi tujuan utama para wisatawan
Tak lama di dalam perjalanan ke puncak, kami berjumpa dengan rombongan Siswa Madrasah Aliyah dari Banjarmasin dan mereka bilang “ayooo mas, setengah perjalanan lagi” dan langsung semangaaaattt menjadi tumpeh-tumpeh, tapi bersamaan itu pula tiba-tiba hujan. akhirnya kami balik lagi ke kawasan kolam berenang untuk berteduh. Mengingat kata-kata siswa tadi yang katanya tinggal setengah perjalanan lagi (dalam benak kami, berarti sebentar aja kalaupun ditempuh dengan berjalan), kami pun memutuskan untuk berjalan kaki setelah hujan agak reda dan motor di parkir di tepat parkir kolam renang.

Diawal berjalan kami menemukan air mengalir (lumayann dapat diminum), selain itu kami juga berpapasan dengan wisatawan yang lain dan umumnya berpasangan, lumayan ngiri sihhhhh, tapi kan kami juga berapasangan...hehe. Praharahardito, nah itu nama kompak kami (inspired dari celukan om Ugros).
Airnya langsung di minum, gk perlu pakai piyuret...hehe
Cowoknya gk ada modal buat pacaran ke mall, makanya
si cewek di ajak ke sini,
padahal dandanan si cewek mall abis mennn..wkwkwk
Setelah 30 menit menanjak, kok yooo belum sampai-sampai dan puncak pun semakin jauh rasanya. Semangat ibung habis disini “Dito, ayookk balik lagi aja” dan dia pun berkata ”hayuukk terus aja bung, masak ya gk sampai puncak ? udah sejauh ini berjalan lohh, semangattt”. Akhirnya pun terus berjalan, walaupun tak tau pasti arah puncak itu kemana jalannya. Kira-kira 5 menit berjalan, kami bejumpa dengan salah satu pasangan dan bertanya “mas kalau jalan ini akhirnya di puncak ya?, masih lama lagi ya mas untuk sampai puncak ?” jawaban mas-masnya “kalau jalan ini gk ada akhirnya mas, kalau ke puncak saya gk tau” seketika terhenyak “haaa ???”  merasa seperti diputusin pacar ditengah keramaian dengan pakai microphone sambil nampar pipi kanan dan kiri.  
 
Berharap cepat sampai ke tujuan perjalanan.
towernya agak kurang kelihatan
Belum habis percakapan dengan mas sama pacarnya di atas, muncul lagi satu rombongan wisatawan yang baru turun, dan ibung pun langsung bertanya lagi “mas, kalau ke puncak masih jauh ya ? dan benar arahnya kesini???” dan meraka pun menjawab “............................”..

Pengen tau jawaban dan kelanjutannya, berlanjut ke #PART2 yaaa...kepanjangan nihhh...hehe




Tidak ada komentar:

Posting Komentar