Unexpected Journey
Mandi Angin
Mandi Angin...ya
ya ya, dari namanya aja udah aneh gitu, biasanya kalau mandi itu yooo pakai air
toh, tapi itu lah Mandi Angin dengan nama yang super duper yang akan membuat
orang-orang masuk angin mempunyai keunikan dan daya tarik sendiri untuk
dinikmati, digauli, dicintai dan pastinya di jaga dong.
Mandi Angin
Merupakan salah satu objek wisata Taman Hutan Raya Sultan Adam (Tahura) yang
terletak di Kab. Banjar Kalsel. Di Mandi Angin ini kita dapat menikmati alam
yang bernuansa pegunungan, Air terjun yang super bersih dan jernih (kalau musim
hujan aja infonya), taman penangkaran rusa, Argowisata, dan sejarah benteng
belanda.
Ide untuk
menyambangi kembali Mandi Angin terbesit begitu saja di kepala, tiba-tiba pas
sarapan pagi bersama kawan seperjuangan Raden Rahardito (keturunan keraton
cooy...) ibung nyeletuk “Dito, main-main
ke Mandi Angin yok” dan Dito pun
tanpa mikir menjawab “hayukkk ja” dengan
logat Banjarnya padahal beliau orang Bandung. Sebelumnya, Ibung sudah pernah sekali
kesini, waktu itu ikuuut Gowes salah satu komunitas pecinta sepeda gunung, tapi
cuma sekedar lewat saja ( kalau gk percaya, tak lihatin fotonya ntaar deh).
Dan akhirnya,
dengan mengucap “Bismillahirrahmannirrahim”
perjalaanan ke Mandi Angin pun dimulai dengan diiringi awan mendung....”Mandi Angin mennnn” teriakan dito
saking senengnyaaa mungkin. Kami berangkat dari Banjarbaru (kebetulan ngekos
dekat Lapangan Murjani, tauu ?? klu gk tau search aja di google..hehe *kayak
penting aja.-_-) menunggangi kuda bermesin dengan bermodalkan cinta, sedikit
pengalaman dan sebotol kecil aq*a. Kira-kira 30 menitan melaju ke arah
Riamkanan (salah satu objek wisata juga, next trip insyaAllah) kami sampai di
gerbang pertama dan kira-kira 5 menitan dari sini kami sampai di gerbang kedua.
Di gerbang kedua ini kita harus membayar biaya retribusi sebesar Rp 5.000 (gk
mahal kan ?) untuk sumbangan perawatan bagi kelestarian Tahura ini.
 |
Gerbang pertama dengan super model Raden Rahardito
memasuki kawasan Tahura Mandi Angin,
jalan ke kiri terus menuju Riamkanan. |
 |
Gerbang Kedua. Loncat kegirangan dulu...hehe |
 |
Pos Retribusi yang dijaga om om cantik...haha |
Di sekitran Pos pembayaran retribusi terdapat Camping ground dibawah rindangnya pepohonan karet (Havea brasiliensis). kami langsung menuju arah ke atas bukit, disini jalan
sudah beraspal jadi untuk sampai ke atas dapat ditempuh dengan menggunakan
kendaraan (roda 2 & 4 aja). Dalam perjalanan kami pun disuguhi pemandangan
hijau yang super keren “pecahhh mennn” teriakan
dito dan aku balas “subhanallahhh sekali
ya” (biar keliatan religius..haha).
 |
Dito dengan senyum menggodanya di area camping ground |
 |
Fly with me !!!...hehehe |
 |
Foto lawas, sewaktu Gowes dan pertama kali singgah ke sini |
Tak jauh menanjak
dengan sedikit memelintir putaran gas, sampailah kami di kawasan kolam
pemandian dan disinilah biasanya tujuan utama para wisatawan. Di sini juga terdapat
warung-warung tenda dan pos pemungutan biaya parkir sebesar Rp 3000 (boleh
parkir dimana saja kata om om parkirnya, yaa asal jangan di jurang dan di
kolam). Kolam pemandian memang salah satu tujuan kami, tapi tujuan utama adalah
menginjakkan kaki di puncak tertinggi (gayanyeeee...hehe).
 |
Kolam pemandian Mandi Angin, menjadi tujuan utama para wisatawan |
Tak lama di dalam
perjalanan ke puncak, kami berjumpa dengan rombongan Siswa Madrasah Aliyah dari
Banjarmasin dan mereka bilang “ayooo mas,
setengah perjalanan lagi” dan langsung semangaaaattt menjadi tumpeh-tumpeh,
tapi bersamaan itu pula tiba-tiba hujan. akhirnya kami balik lagi ke kawasan kolam berenang untuk berteduh. Mengingat kata-kata siswa tadi yang katanya
tinggal setengah perjalanan lagi (dalam benak kami, berarti sebentar aja
kalaupun ditempuh dengan berjalan), kami pun memutuskan untuk berjalan kaki
setelah hujan agak reda dan motor di parkir di tepat parkir kolam renang.
Diawal berjalan
kami menemukan air mengalir (lumayann dapat diminum), selain itu kami juga
berpapasan dengan wisatawan yang lain dan umumnya berpasangan, lumayan ngiri
sihhhhh, tapi kan kami juga berapasangan...hehe. Praharahardito, nah itu nama
kompak kami (inspired dari celukan om Ugros).
 |
Airnya langsung di minum, gk perlu pakai piyuret...hehe |
 |
Cowoknya gk ada modal buat pacaran ke mall, makanya
si cewek di ajak ke sini,
padahal dandanan si cewek mall abis mennn..wkwkwk |
Setelah 30 menit
menanjak, kok yooo belum sampai-sampai dan puncak pun semakin jauh rasanya. Semangat
ibung habis disini “Dito, ayookk balik
lagi aja” dan dia pun berkata ”hayuukk
terus aja bung, masak ya gk sampai puncak ? udah sejauh ini berjalan lohh,
semangattt”. Akhirnya pun terus berjalan, walaupun tak tau pasti arah
puncak itu kemana jalannya. Kira-kira 5 menit berjalan, kami bejumpa dengan
salah satu pasangan dan bertanya “mas
kalau jalan ini akhirnya di puncak ya?, masih lama lagi ya mas untuk sampai
puncak ?” jawaban mas-masnya “kalau
jalan ini gk ada akhirnya mas, kalau ke puncak saya gk tau” seketika
terhenyak “haaa ???” merasa seperti diputusin pacar ditengah
keramaian dengan pakai microphone sambil nampar pipi kanan dan kiri.
 |
Berharap cepat sampai ke tujuan perjalanan.
towernya agak kurang kelihatan |
Belum habis
percakapan dengan mas sama pacarnya di atas, muncul lagi satu rombongan
wisatawan yang baru turun, dan ibung pun langsung bertanya lagi “mas, kalau ke puncak masih jauh ya ? dan
benar arahnya kesini???” dan meraka pun menjawab
“............................”..
Pengen tau
jawaban dan kelanjutannya, berlanjut ke #PART2 yaaa...kepanjangan
nihhh...hehe